Denpasar, Bali — Makanan viral selalu punya daya tarik tersendiri. Tapi bagaimana jika dua dunia kuliner bertabrakan dan menghasilkan tren baru yang antimainstream? Itulah yang terjadi di Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali, di mana tren “Croffle Lilit” meledak bak kembang api di malam tahun baru.
Menggabungkan croissant waffle alias croffle dengan sate lilit khas Bali, inovasi kuliner ini tidak hanya bikin heboh media sosial, tapi juga antrian panjang di depan warung modern bernama “Lilitology”. Makanan yang satu ini menjungkirbalikkan logika kuliner dan menjadi simbol kreativitas tanpa batas anak muda Bali.
Apa Itu Croffle Lilit?
Croffle lilit pada dasarnya adalah croissant yang dicetak dalam alat waffle, kemudian dibentuk menyerupai sate lilit. Adonan croissant yang renyah dan buttery dililitkan di batang serai (bukan tusuk bambu), kemudian dipanggang dengan rempah khas Bali seperti basa genep dan sambal matah sebagai topping.
“Hasil akhirnya? Renyah di luar, gurih pedas di dalam, dan aroma serai yang bikin ngiler!” ujar Dinda Ayu, salah satu kreator menu di Lilitology.
Dari Iseng Jadi Cuannya Nggak Main-Main
Awalnya, Croffle Lilit hanya eksperimen dapur Dinda dan dua temannya, Komang dan Dito, yang sempat kerja di hotel sebelum pandemi. Mereka bosan dengan menu kopi dan croffle yang itu-itu saja. Maka terciptalah ide ‘kuliner fusion’ ini yang ternyata meledak di TikTok dalam waktu kurang dari seminggu.
Dalam video viral berdurasi 47 detik, terlihat proses lilitan croissant yang elegan, dipadukan sambal matah berkilau dan taburan daun jeruk. Hasilnya? Satu video, 2,4 juta views, dan 18 ribu pesanan preorder dalam dua minggu.
Menu Viral Lain yang Jadi Pendamping Croffle Lilit
Tak hanya croffle lilit, beberapa makanan viral lainnya yang sedang tren juga ikut jadi highlight:
- Ramen Goreng Sambal Ijo
- Ramen instan yang digoreng dan diberi sambal ijo ala Padang.
- Disajikan dengan topping telur onsen dan serundeng gurih.
- Banyak dijual di kafe kekinian di Bandung dan Malang.
- Tahu Gejrot Mozarella
- Versi upgrade dari tahu gejrot Cirebon.
- Tambahan keju meleleh dan saus pedas-manis yang bikin nagih.
- Viral karena kontras rasa tradisional dan modernnya.
- Es Kopi Butterscotch Alpukat
- Minuman dingin berbasis espresso, butterscotch, dan jus alpukat kental.
- Tekstur creamy dan rasa kompleks jadi nilai jual utama.
- Populer di kafe di Jogja dan Surabaya.
Kenapa Kuliner Seperti Ini Cepat Viral?
Tren kuliner saat ini dipengaruhi oleh tiga hal:
- Visual yang Instagramable: Kombinasi warna, tekstur, dan plating unik jadi magnet di sosial media.
- Fusion Rasa Tradisional x Modern: Menyatukan cita rasa lokal dan sentuhan internasional bikin makanan terasa familiar sekaligus baru.
- Mudah Dibuat atau Dicoba di Rumah: Banyak konten kreator kuliner sekarang menyajikan versi DIY yang mendorong audiens untuk ikut serta.
Warung Kecil, Dampak Besar
Warung “Lilitology” kini mendapat perhatian dari food vlogger lokal hingga jurnalis nasional. Mereka bahkan diundang untuk tampil di acara “Kick Andy” edisi UMKM Inovatif. Menariknya, mereka tak membuka cabang, tapi justru menjual lisensi resep untuk dikelola oleh warga lokal di kota lain.
“Kami nggak mau jadi franchise besar. Kami ingin makanan ini tetap punya rasa rumahan dan bisa jadi peluang usaha kecil,” kata Komang.
Reaksi Warga & Wisatawan
Warga Kelurahan Panjer awalnya sempat heran dengan ide ‘sate lilit dari roti’. Tapi setelah mencoba dan melihat antusias wisatawan, mereka kini malah bangga. Bahkan ada kelompok ibu-ibu PKK yang mulai mengembangkan versi vegan dari Croffle Lilit.
Sementara wisatawan luar negeri menyebut makanan ini sebagai “Indonesian sushi croissant” karena tampilannya yang unik.
Tren Serupa di Jawa: Khas Daerah, Rasa Baru
Beberapa daerah di Pulau Jawa juga mulai menciptakan versi mereka sendiri dari tren kuliner fusion ini:
- Surabaya: Roti kukus isi sambal petis dan keju.
- Semarang: Lumpia isi smoked beef dan saus gochujang Korea.
- Bogor: Dadar gulung rasa matcha dan oreo crumble.
Peran Media Sosial dalam Menentukan Selera
Instagram, TikTok, dan Twitter menjadi panggung utama bagi kuliner untuk ‘naik daun’. Tagar seperti #CroffleLilitChallenge, #NgemilNyeleneh, dan #SambalMatahOnEverything jadi pemicu tren.
Konten makanan kini bukan hanya soal rasa, tapi juga storytelling, presentation, dan relatability. Orang suka ketika makanan tidak hanya enak, tapi juga punya cerita.
Kesimpulan: Makanan Adalah Media Ekspresi
Tren kuliner seperti Croffle Lilit membuktikan bahwa makanan bukan hanya soal mengenyangkan perut, tapi juga mengekspresikan kreativitas dan identitas lokal. Ketika pemuda-pemudi daerah bisa menggabungkan budaya, teknologi, dan keberanian untuk eksperimen, hasilnya adalah produk yang tak hanya lezat, tapi juga mendunia.
Jika kamu sedang berada di Bali, khususnya sekitar Denpasar Selatan, mampirlah ke “Lilitology” dan rasakan sendiri croffle yang dililit dengan rasa khas Pulau Dewata.
Untuk kerja sama, pemesanan partai besar, atau ide kolaborasi kuliner antimainstream lainnya, hubungi langsung:
📞 WA 0822 2822 2525
🌐 pentolkabul.com
Tag: kuliner viral, croffle lilit, makanan unik, Denpasar Selatan, Kelurahan Panjer, croffle kekinian, makanan Bali modern, tren kuliner, kuliner antimainstream, fusion food, UMKM kreatif, TikTok food, Instagrammable food, street food viral, sate lilit modern, anak muda Bali, kuliner 2025, ide jualan, makanan viral, kuliner unik Pulau Jawa, makanan lokal upgrade





